You can visit my mobile version blog at http://blogpoenyabudi.blogspot.com/?m=1

Perspektif 31 Mei 2011

Hati Seorang Hamba
Bacaan hari ini: Lukas 5:27-32
“...Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.” (Lukas 17:10)

Dalam kehidupan manusia yang serba modern ini, kita akan temukan sebuah kecenderungan yang sangat berbahaya. Kecenderungan yang berbahaya itu adalah sikap (cenderung) menjadi Boss (Tuan) kehidupan sendiri, maupun orang lain. Oleh sebab itu, kehidupan sebagai seorang hamba bukan lagi sebagai model kehidupan yang perlu dicontoh. Role model seorang hamba dirasakan sudah tidak cocok dengan gaya hidup modern saat ini.

Namun, Alkitab mencatat bahwa Tuhan Yesus justru memakai model “kehidupan seorang hamba” untuk menjadi contoh bagi murid-murid-Nya (Yoh. 13:1-20). Oleh sebab itu, kita juga perlu belajar bagaimana memaknai kehidupan sebagai seorang hamba dalam kehidupan kita di tengah zaman modern ini. Injil Lukas mencatat bahwa seorang hamba adalah pribadi yang sebagai berikut: Pertama, seorang hamba adalah seseorang yang hanya menerima perintah (intructions) dari tuannya (ay. 7, 8). Kesadaran ini yang akan mendorong kita untuk lebih kreatif dalam melayani Tuan kita, Yesus Kristus. Kesadaran ini akan menjauhkan kita dari dosa bersungut-sungut terhadap Tuan kita. Namun, yang perlu kita waspadai adalah, bahwa setiap kita cenderung bersungut-sungut bila menerima tugas dan kewajiban yang banyak, untuk kita kerjakan. Pergumulan ini harus dan hanya dapat dikalahkan bila kita menyadari bahwa diri kita adalah seorang hamba dan Tuhan Yesus Kristus, adalah Tuan kita.

Kedua, seorang hamba adalah pribadi yang tidak mencari-cari pujian (rasa terima kasih) dari Tuannya (ay. 9). Kesadaran ini akan menjauhkan kita untuk mencuri kemuliaan yang seharusnya ditujukan kepada Tuhan. Kesadaran ini juga akan mendorong kita untuk terus berusaha memberikan pelayanan yg terbaik bagi Tuan kita, sehingga hati Tuan kita disenangkan, bukan untuk kita. Perlu disadari, bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk memuliakan diri sendiri atas segala hasil kerja kerasnya, sehingga dirinya menjadi “tuan” atas dirinya sendiri; padahal “di luar Aku, kamu tidak dapat berbuat apa-apa,” kata Tuhan (Yoh. 15:5).

STUDI PRIBADI: Bagaimana seharusnya sikap seorang “hamba” kepada tuannya (Tuhan)? Apa manfaat kita menyadari arti “seorang hamba” dalam hidup kita?
DOAKAN BERSAMA: Berdoalah bagi mereka yang terlibat dalam pelayanan gerejawi agar mereka tidak memiliki sikap yang angkuh dan meninggikan diri sendiri, melainkan tetap memiliki hati seorang hamba di hadapan Tuhan.





..:: Artikel yang Berkaitan ::..

Leave a Reply