You can visit my mobile version blog at http://blogpoenyabudi.blogspot.com/?m=1

Perspektif 02 mei 2011

Kefasikan dan Hukumannya

Bacaan hari ini: Amsal 21:10-12
“Hati orang fasik mengingini kejahatan dan ia tidak menaruh belas kasihan kepada sesamanya.” (Amsal 21:10)

Pepatah mengatakan, “Dalamnya laut dapat diketahui; dalamnya hati, tak seorangpun bisa mengetahuinya.” Demikian pula, “melihat buku jangan dari sampulnya, melainkan juga dari isinya.” Kedua pepatah ini memberikan pelajaran berharga bagi kita dalam menilai diri seseorang, sebab ada kalanya, kita terkecoh pada penampilan, tapi tidak memperhati-kan siapa sebenarnya orang tersebut.

Kitab Amsal yang kita baca ini memberi penjelasan kepada kita, bahwa secara kasat mata, kita sulit membedakan mana orang yang dapat dipercaya dan orang yang tidak dapat dipercaya (orang fasik). Namun, Amsal ini memberikan penghiburan bagi kita, bahwa siapapun orang yang berbuat jahat (fasik), suatu kali kelak akan menerima keadilan dari Tuhan (ay. 12). Ada kalanya orang fasik sulit diketahui, namun suatu kali kelak tindakannya akan terbongkar, sebab orang fasik tidak akan dapat menyembunyikan hati jahatnya untuk selamanya. Ironisnya adalah, jika orang fasik mendapat teguran, ia tidak berubah!



Berbeda dari orang fasik, “orang yang tidak berpengalaman” apabila mendapat pengajaran, ia akan berubah menjadi bijak. Jika diperhatikan, perbedaan antara “orang fasik” dengan “orang yang tidak berpengalaman”, bukan hanya terletak pada pengetahuan saja (kepandaiannya), tetapi juga pada “hatinya.” Sekalipun orang yang tidak berpengalaman tidak memiliki pengetahuan, ia dapat diajar dan dididik sehingga menjadi bijaksana. Namun tidak demikian dengan orang fasik; sekalipun dididik dan mendapat teguran, tetapi ia tidak akan berubah, sebab hatinya memang jahat. Itulah sebabnya penulis Kitab Amsal mengatakan, “hati orang fasik mengingini kejahatan” (ay. 10).

Penulis Amsal mencatat bagian ini, bukan hanya untuk menjadi satu pengetahuan bagi kita, tetapi juga pelajaran dan contoh; bahwa “kefasikan” suatu kali akan mendapat keadilan dari Tuhan. Karena itu, kita sebagai pembaca Amsal harus terus mawas diri, agar tidak terjebak dan mengikuti prilaku buruk orang fasik.

STUDI PRIBADI: Apa sebabnya kita sulit membedakan antara prilaku orang fasik dan orang yang bijak? Mengapa orang fasik tidak dapat menyembunyikan kefasikannya selamanya?
DOAKAN BERSAMA: Berdoalah kepada Tuhan dan mintalah pertolongan dari-Nya, agar kita tidak mengikuti kebiasaan hidup orang fasik. Sebaliknya, kita hidup dengan bijak, sehingga kita dapat mengerjakan yang benar dan baik bagi sesama. 





..:: Artikel yang Berkaitan ::..

Leave a Reply