You can visit my mobile version blog at http://blogpoenyabudi.blogspot.com/?m=1

Archive for 05/18/11

AIR MATAKU tidak lagi MENJADI MAKANANKU


Lesu aku karena mengeluh, setiap malam aku menggenangi tempat tidurku, dengan air mataku aku membanjiri ranjangku.
(Mazmur 6:7)
Yaah…. air mata identik dengan masalah, kesesakan dan kesedihan hati.
Kita sering mengasosiasikan orang yang sedang menangis sebagai orang yang sedang menderita, walaupun ada juga air mata bahagia…, karena saking terharunya atas suatu peristiwa yang membahagiakan hati.
Tapi memang lebih banyak air mata keluar dikarenakan penderitaan.
Bani Korah menuliskan mazmur yang menunjukkan kesesakan hatinya,
Air mataku menjadi makananku siang dan malam, karena sepanjang hari orang berkata kepadaku, “Di mana Allahmu?”
(Mazmur 42:4a)
sampai-sampai air mata terus mengalir tiada henti-hentinya…
Masyarakat sering menganggap orang yang mudah menangis adalah orang yang lemah hati, bahkan ada ajaran tak tertulis “Anak laki-laki sejak kecil harus diajarkan tidak boleh menunjukkan air matanya di depan orang lain”, karena terkesan lemah dan tidak jantan…
Sampai suatu hari untuk pertama kalinya…. yaaah untuk pertama kalinya saya menyadari, ‘betapa beruntungnya saya masih punya air mata’.
Betapa beruntungnya teman-teman , karena teman-teman masih bisa menangis…..



Posted in: ,
Tags: ,

Continue Reading

Rahib Budha Myanmar, Bangkit Dari Kematian untuk Membawa Kabar Keselamatan

Athet Pyan Shinthaw Paulu. Saya dari negara Myanmar. Saya ingin berbagi dengan anda kesaksian saya ini tentang apa yang terjadi pada saya, tetapi sebelumnya saya ingin menceritakan sedikit latar belakang saya sejak saya kecil. Saya dilahirkan tahun 1958 di kota Bogale, di daerah delta Irrawaddy Myanmar selatan (dahulu Burma). Orang tua saya penganut agama Budha yang beriman (taat) seperti kebanyakan orang di Myanmar , memanggil saya si Thitphin (yang artinya pohon).Kehidupan di mana saya bertumbuh sangat sederhana.
Sumber:
Tahun – tahun awalkuPada umur 13 tahun saya keluar sekolah dan mulai bekerja di perahu nelayan. Kami menangkap ikan juga udang di beberapa sungai besar dan kecil di daerah Irrawaddy. Pada umur 16 saya jadi pemimpin perahu.
Saat itu saya tinggal di utara pulau Mainmahlagyon (Mainmahlagyon artinya pulau wanita cantik), di bagian utara Bogale dimana saya dilahirkan. Tempat ini kira kira 100 mil barat daya Yangoon (Rangoon) ibu kota negara kami.Suatu hari waktu saya berumur 17 tahun, kami menangkap banyak sekali ikan dalam jala kami. Saking banyaknya ikan yang kami tangkap, seekor buaya besar tertarik perhatiannya. Buaya itu mengikuti perahu kami dan mencoba menyerang kami. Kami jadi ketakutan sehingga dengan panik kami mendayung perahu kami menuju tepian sungai secepatnya. Buaya itu mengikuti kami dan menyerang perahu kami dengan ekornya.Walaupun tidak ada yang mati dalam kejadian ini, serangan itu mempengaruhi kehidupan saya. Saya tidak mau lagi menangkap ikan. Perahu kecil kami tenggelam kena serangan buaya itu. Malam itu kami pulang ke kampung naik perahu tumpangan. Tak lama sesudah itu, bos ayah saya memindahkan ayah saya ke kota Yangoon (sebelum disebut Rangoon).Pada umur 18 saya dikirim kesebuah biara menjadi Rahib muda. Kebanyakan orang tua di Myanmar berusaha mengirimkan anak laki-laki mereka ke biara Budha, setidaknya satu kali, karena merupakan suatu kehormatan mempunyai anak laki-laki melayani dengan cara ini. Kami telah mengikuti adat ini ratusan tahun.

Posted in: ,
Tags: ,

Continue Reading

Kenangan Tsunami Banda Aceh (2)

Oleh Tole
Museum Tsunami
Terletak di Jalan Sultan Iskandar sekitar 1 km dari Masjid Raya Banda Aceh,  Museum Tsunami boleh dikatakan sebagai salah satu bangunan paling megah dan menonjol di Banda Aceh. Bangunan yang berdiri di lahan seluas 1 hektare ini benar-benar jadi simbol kenangan masyarakat Aceh atas peristiwa tsunami. Dari kejauhan, museum ini tampak seperti kapal empat tingkat dengan dekorasi oriental dan atap yang menggambarkan ombak.
Museum ini berisi berbagai benda peninggalan, lukisan-lukisan tentang tsunami serta hal-hal lain yang berkenaan dengan peristiwa itu. Museum ini juga memiliki Escape Hill, sebuah taman berbentuk bukit yang dapat dijadikan sebagai salah satu lokasi penyelamatan jika datang banjir atau tsunami, serta The Hill of Light, tempat para pengunjung dapat meletakkan karangan bunga.
Museum Tsunami dibuka sejak tiga tahun lalu. Memasuki museum ini, pengunjung seperti merasa berjalan di antara celah air berkat kombinasi konstruksi dinding dan lantainya. Di dalamnya, terpampang segenap dokumentasi tsunami seperti foto-foto korban, kisah-kisah mereka yang selamat, serta simulasi elektronik gempa di bawah laut yang menyebabkan munculnya gelombang setinggi 30 m.
Pantai Ulee Lheue menghadap langsung ke Samudera Hindia, asal gelombang tsunami setelah gempa besar di pengujung 2004. Pantai ini sekarang jadi lokasi favorit warga untuk menghabiskan waktu senggang sore hari, dan menanti saat matahari tenggelam.
Wajah kawasan Ulee Lheue sungguh rapi, bersih dan rindang. Jalan lebar dua lajur, bantaran pantai nan lega, serta debur ombak laut menjadi pesona Ulee Lheue yang menarik pengunjung. Sepanjang tepian jalan, para penjual jagung bakar dengan ramah menawarkan jagung muda dan aneka minuman panas.


Continue Reading

Mobil Bermesin Besar Enggan Gunakan Pertamax

Bandarlampung (ANTARA)- Pengendara mobil bermesin cc besar di Bandarlampung enggan menggunakan pertamax setelah harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi itu kembali naik dari Rp9.350/liter menjadi Rp9.550/liter.

Berdasarkan pantauan di sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Bandarlampung, Senin, pengendara mobil mewah kini mulai banyak mengisi tangki kendaraannya dengan premium, meski di halaman SPBU itu terpampang spanduk yang menganjurkan penggunaan pertamax.


Continue Reading

Renungan Harian
18 Mei 2011

Tanggal: Rabu, 18 Mei 2011
Bacaan : Markus 3:1-6
Nats: Mereka mengamat amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat supaya mereka dapat mempersalahkan Dia (Markus 3:2)

Judul:
TEROBSESI KEBENCIAN

   Apabila manusia terobsesi kebencian, ia akan selalu mencari cara  dan celah untuk menjatuhkan orang yang dibenci. Meskipun orang itu  berbuat baik dan benar, selalu ada cara untuk membuatnya buruk.  Dulu, para pemimpin Yahudi dan orang Farisi juga sangat membenci  Yesus. Sebagai rabi muda yang dalam sekejap menyedot ribuan massa  karena pengajaran-Nya yang penuh kuasa dan mukjizat yang Dia  lakukan, Yesus menyaingi posisi mereka sebagai penentu kehidupan  beragama dan masyarakat Yahudi saat itu.


Continue Reading

Perspektif 18 mei 2011

Orang Kristen Kebal Dosa?
Bacaan hari ini: Roma 7:18-20
“Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku.” (Roma 7:20)

Ada anggapan yang seringkali diyakini, bahwa setelah seseorang percaya dan menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat di dalam hidupnya, ia harus terus-menerus hidup dalam kesucian dan kekudusan bersama dengan Tuhan. Dengan kata lain, ia tidak dapat jatuh lagi ke dalam dosa. Dan, jika ia berbuat dosa, maka ia pasti kehilangan keselamatannya. Anggapan ini tidak sepenuhnya benar! Idealnya memang demikian. Jika seseorang sudah percaya dan menerima Kristus, maka sudah seharusnya ia hidup dalam kekudusan, setiap waktu.


Continue Reading