You can visit my mobile version blog at http://blogpoenyabudi.blogspot.com/?m=1

Perspektif 11 Juni 2011

Berpuasa dengan Tersembunyi
Bacaan hari ini: Matius 6:16-18
“Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu.” (Matius 6:17)

Dalam kebudayaan orang Yahudi, puasa adalah sebuah kewajiban. Biasanya, orang Yahudi berpuasa di dalam perayaan-perayaan hari raya tertentu, seperti hari paskah, tahun baru, dll. Selain berpuasa, orang Yahudi juga melakukan berbagai macam ritual keagamaan, yang sebagian besar berada di Bait Allah. Di dalam kebudayaan seperti inilah, orang Farisi mencari kesempatan untuk menunjukkan betapa rohaninya hidup mereka; tidak melalaikan puasa, dan melakukan banyak acara-acara keagamaan. Tidak sedikit yang mukanya terlihat sangat pucat dan lesu, sebagai tanda bahwa mereka sedang berpuasa (ay. 16).

Tuhan Yesus dengan tegas menyebutkan bahwa orang-orang yang demikian adalah munafik, sebab puasa bukan lagi menjadi sarana untuk merendahkan diri di hadapan Tuhan dan menyadari keberdosaan mereka (dalam budaya Yahudi, puasa juga merupakan tanda merendahkan diri dan mengakui dosa), tapi sarana untuk meninggikan diri di hadapan orang lain. Sarana untuk menyadari ketidaklayakan ini berubah menjadi sarana untuk menunjukkan betapa perbuatan mereka, layak dan patut dipuji. Itu sebabnya, Yesus mengkritik orang Farisi yang dengan sengaja menunjukkan diri mereka yang sedang berpuasa dengan mengubah air mukanya, dengan berkata demikian, “Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi” (ay. 17-18). Tuhan Yesus mengajarkan bahwa ketika seseorang berpuasa, hendaklah puasa itu tidak diumbar di hadapan orang lain, melainkan di hadapan Bapa sendiri.

Sebagai anak Tuhan, kita mungkin sudah seringkali berpuasa, baik itu yang bersama-sama dan pribadi. Berpuasa bukan berarti hanya menahan lapar dan haus, lalu selesai. Berpuasa juga bukanlah berarti menunjukkan tingkat kerohanian kita. Berpuasa memiliki makna yang mendalam, yaitu bagaimana hidup kita berfokus kepada Tuhan, di mana kita merendahkan diri kita di hadapan-Nya, dan mengakui dosa-dosa kita.

STUDI PRIBADI: Apa kesalahan orang Farisi dalam menjalankan kegiatan keagamaannya? Bagaimana sikap hati kita di dalam melakukan berbagai ibadah puasa kita?
DOAKAN BERSAMA: Berdoa dan mohonlah pertolongan Tuhan agar ketika kita melakukan ibadah puasa, dapat disertai dengan sikap hati yang tepat, sehingga kita tidak ber-usaha untuk meninggikan diri secara rohani.





..:: Artikel yang Berkaitan ::..

Leave a Reply