You can visit my mobile version blog at http://blogpoenyabudi.blogspot.com/?m=1

Perspektif 23 November 2011

Kebahagiaan Orang Benar
Bacaan hari ini: Mazmur 112:1-10
“Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya.” (Mazmur 112:1)

Dalam Perjanjian Lama, kita sering menjumpai korelasi iman dan berkat, yang bagi kita pada masa kini, mirip dengan ajaran “teologi sukses.” Sebagai contoh adalah Mazmur 112; di dalamnya, Anda menemukan, bahwa pemazmur sedang mengungkapkan berkat-berkat dan kesuksesan dari mereka yang takut akan Tuhan. Jika demikian, apa perbedaan antara pengakuan pemazmur dengan teologi sukses?

Pertama, sikap terhadap “materi” dan “kesuksesan.” Apabila kita memperhatikan ungkapan pemazmur tentang “berkat” dan “kesuksesan,” maka hal itu merupakan suatu konklusi atau hasil dari seseorang yang takut akan Allah; bukan konklusi “keegoisan diri manusia” terhadap materi atau kesuksesan yang diharapkannya. Artinya, berkat dan kesuksesan bukanlah hasil “klaim dirinya” terhadap Allah,

melainkan suatu wujud kemurahan Allah bagi dirinya. Hal ini cukup berbeda dengan teologi sukses yang mengajarkan, bahwa kita dapat mengklaim kesuksesan kita dari Tuhan. Akibatnya, bukan kemurahan Allah yang menjadi penekanan teologisnya, tetapi keinginan kita, yang dilegalisasi dengan status kita di hadapan Allah sebagai anak-anak-Nya.

Kedua, pandangan tentang Allah. Dalam pandangan pemazmur, Allah dipandang sebagai pribadi yang berdaulat, yang mengatur segala kehidupan manusia; dan kepada-Nya sajalah manusia (umat-Nya) tunduk secara mutlak. Karena itu, umat Tuhan harus takut dan gentar kepada-Nya. Istilah “takut akan Allah” berarti mengerjakan apa yang Allah kehendaki sesuai firman-Nya dan gemetar di hadapan kekudusan-Nya. Pemazmur mengatakan, bahwa hasil dari ketaatan tersebut mendatangkan kebaikan bagi dirinya. Sekalipun, pernyataan pemazmur bersifat kompensasi, yaitu “jika kita taat, Allah pasti memberkati;” namun hal ini jangan ditarik terlalu jauh, sehingga jika kita merasa sudah taat kepada Allah, maka kita berhak mengklaim berkat-Nya atas kita. Sebenarnya kita tidak perlu terpusat pada berkat-Nya, tetapi Allah saja, sebab Dialah yang mengetahui ketaatan kita, dan Dialah yang berhak memberkati kita, bukan sebaliknya.

STUDI PRIBADI: Bolehkah kita mengklaim Allah untuk memberkati hidup kita, karena kita adalah anak-anak-Nya? Alasannya!
DOAKAN BERSAMA: Berdoalah bagi jemaat agar mereka tidak terpusat pada berkat Tuhan dalam hidupnya, melainkan terpusat kepada kehendak Allah sendiri dan menaati firman-Nya sehingga hidupnya dapat berkenan di hadapan Tuhan.

Download Versi PDF





..:: Artikel yang Berkaitan ::..

Leave a Reply