Jakarta – Meski planet kedua di tata surya ini memiliki nama
serupa dewi cinta Roma namun planet ini tak penuh cinta. Untuk
permulaan, permukaan planet ini mencapai 900 derajat Fahrenheit.
Karenanya,
planet kedua ini dinobatkan sebagai planet terpanas di tata surya.
Lebih buruk lagi, selimut tebal karbon dioksida menekan 92 kali tekanan
atmosfer Bumi di lanskap kering. Awan kusam yang menghalangi pandangan
pada permukaan planet itu merupakan asam sulfur.
Seperti
dibayangkan, mempelajari Venus terbukti menjadi pekerjaan sulit. Sedikit
demi sedikit, ilmuwan mempelajari lebih banyak mengenai tetangga Bumi
ini. Berikut beberapa misteris terbesar mengenai obyek paling terang di
langit setelah matahari dan bulan.
Iklim serupa Bumi
Venus
kadang disebut sebagai ‘kembaran jahat’ Bumi. Dalam ukuran, komposisi
dan lokasi orbit, neraka Venus sebenarnya planet termirip Bumi. Di awal
sejarah Venus, para ilmuwan menduga dunia itu sangat mirip Bumi, dengan
lautan dan iklim lebih dingin.
Namun, lebih dari beberapa miliar
tahun, efek rumah kaca yang ada sangat berpengaruh. Venus sekitar
sepertiga lebih dekat matahari dibanding Bumi. Karenanya, Venus mendapat
sinar matahari dua kali lebih banyak. Panas ekstra ini menyebabkan
penguapan hebat di awal permukaan air.
Pada akhirnya, uap air
terperangkap panas yang lebih panas. Pemanasan lebih lanjut planet ini
memicu penguapan yang lebih besar hingga akhirnya lautan pun mengering
dan menghilang. “Mekanisme ini masuk akal dari Venus awal yang seperti
Bumi menjadi Venus saat ini,” kata kurator Astrobiologi David Grinspoon
di Denver Museum of Nature & Science.
Ilmuwan interdisipliner
pada misi Venus Express, pesawat ruang angkasa yang mengorbit Venus
sejak 2006, ini mencari tahu kapan persisnya dan bagaimana Venus menjadi
‘tungku’ untuk membantu pemodelan perubahan iklim Bumi dan
menghindarkan Bumi dari nasib serupa Venus.
Atmosfer berotasi super
Venus
memutari porosnya jauh lebih lambat dari Bumi. Alhasil, setahun di
Venus serupa 243 hari di Bumi. Berdasar hal ini, diketahui angin di
puncak awan Venus bisa mencapai 360 km/jam atau 60 kali kecepatan
memutar planet.
Secara proporsional, jika angin serupa muncul di
Bumi, angin awan khatulistiwa mencapai kecepatan menakjubkan, 9.650 km/
jam. Pendorong cepatnya rotasi Venus adalah energi sinar matahari, papar
Grinspoon. Namun, cara kerja penuh fenomena ini tetap menjadi misteri.
Berputar terbalik
Saat
dilihat dari kutub utara matahari, semua planet di tata surya mengorbit
matahari dengan arah berlawanan dan semuanya hampir berputar searah
sumbunya. Namun tidak untuk Venus. Planet kedua ini memiliki rotasi retrograde seperti Uranus.
Artinya,
matahari terbit dari barat dan terbenam di timur di planet itu.
Perputaran searah jarum jam ini mungkin hasil tabrakan kosmik awal dalam
sejarah Venus.
Petir misterius
Petir dari
awan Venus hingga kini masih menjadi pertanyaan terbuka. Meski pesawat
ruang angkasa Venus Express telah ‘mendengar’ elektromagnetik statis
yang secara karakteristik menghasilkan petir di Bumi, kamera belum
pernah ‘menangkap’ petir ini, kata Grinspoon.
Cara terbentuknya
petir ini juga masih misterius. Di Bumi, peran kunci dimainkan kristal
es awan. Di Venus, pasokan bahan ini sangat sedikit dijumpai di
atmosfernya yang sangat kering.
Kehidupan Alien di Venus?
Grinspoon
mengakui adanya argumen masuk akal mengenai kehidupan Venus, bukan di
permukaan planet yang super panas itu namun di awannya. Sekitar 50 km di
atas awan seharusnya ada tempat yang bisa dihuni yang memiliki tekanan
dan suhu seperti Bumi.
Untuk mendapat energi, makhluk mengambang
menyerupai bakteri bisa menggunakan sinar matahari atau bahan kimia di
awan. Tentunya, makhluk ini akan mentolerir asam sulfat. Di sisi lain, extremophiles
di Bumi menunjukkan, kehidupan bisa berkembang di lingkungan paling
keras sekalipun. “Sangat perlu menjelajah awan karena beragam alasan.
Salah satunya kemungkinan keberadaan kehidupan eksotis ini,” tutup
Grinspoon. [mdr]