SURABAYA– Ulat bulu mulai masuk Kota Surabaya.
Bahkan, ulat bulu terus merangsek di Kota Pahlawan itu secara perlahan
tapi pasti. Kawasan yang sudah terserang ulat bulu di antaranya di
Kalianak, Kecamatan Krembangan dan Wonorejo, Kecamatan Rungkut. Jenis
ulat bulu yang menyerang pepohonan di Surabaya memiliki perbedaan dengan
ulat yang di Probolinggo.
Ulat bulu di
Probolinggo, menyerang pohon mangga, tapi di Surabaya menyerang pohon
perdu dan sonerasia di sekitar bosem Wonorejo. Muhson, salah satu
anggota tani mangrove Wonorejo mengatakan, ribuan ulat bulu ini datang
pada musim penghujan dan setiap tahun pasti ada. “Ulatnya memang berbulu
lebat, bikin gatal dan warnanya kuning,” ujar Mughson, Minggu (17/4).
Ia
mengatakan, untuk saat ini jumlah ulat yang ada di daerahnya itu lebih
sedikit dibandingkan dengan tahun lalu. Tahun lalu, ulat jumlahnya lebih
banyak hingga menghabiskan dedaunan. “Sekarang ini ulat bulu itu baru
muncul, kemungkinan akan bisa bertambah banyak sangat besar,” ungkapnya.
Biasanya ulat ini akan reda dengan
sendirinya ketika musim hujan reda. Rentang waktunya satu bulan. Setelah
ulat hilang, daun akan tumbuh kembali. “Ulat bulu tahun ini kemungkinan
tidak sampai menyerang ke rumah warga, karena sekarang sudah mulai
masuk musim kemarau,” terang Mughson.
Kepala
Dinas Pertanian (Dispertan) Surabaya Syamsul Arifin, mengatakan, ulat
bulu memang mulai muncul di beberapa kawasan Surabaya. Dia sudah
langsung memerintahkan anak buahnya untuk menyemprot ulat-ulat tersebut
agar tidak sampai menjalar ke pemukiman penduduk.“Ulat bulu yang di
Wonorejo langsung disemprot dengan pestisida organik. Sekarang tinggal
di Kalianak. Saya sudah memerintahkan supaya di Kalianak juga segera
disemprot,” tegasnya.
Syamsul mengingatkan,
kepada masyarakat supaya tidak khawatir. Menurutnya, ulat bulu
dibutuhkan untuk menyeimbangkan ekosistem. Ulat tidak boleh dimusnahkan
semuanya. Ada keuntungan dari ulat ini untuk tanaman. Misalkan, ulat ini
menyerang pohon apukat.
Daun pohon ini akan
dimakan, tapi keuntungannya, bagi tanaman buah apukat buahnya akan
semakin banyak. Begitu juga ulat yang menyerang tanaman anggur, buah
anggurnya juga bisa lebat. “Masalahnya, kalau ke rumah warga harus
dikendalikan. Memang, kalau terlalu banyak menjijikkan,” ungkapnya.
Warga
yang mengetahui ulat-ulat ini sebaiknya mengumpulkannya lalu ditumbuk.
Kemudian, ditambah air dan dibiarkan sampai dua hari. Air dan tumbukan
ulat ini bisa membasmi ulat yang lainnya. Berbeda dengan pestisida yang
bisa membunuh semua ulat. “Cairan ini bisa mematikan ulat lainnya, tapi
tidak sampai membunuh semuanya, ”katanya.
Merebaknya
ulat-ulat ini karena binatang pemangsa sudah mulai berkurang. Misalkan,
burung banyak diburu orang. Semut merah di pohon (angrang) sudah
berkurang arena telurnya berupa kroto diambil orang hingga menyebabkan
semut merah berkurang.
M Machmud, Ketua
Komisi B DPRD Kota Surabaya mengatakan, sejak awal penyemprotan pohon
untuk mengantisipasi merebaknya serangan ulat bulu di Surabaya yang
dilakukan Distan dua minggu lalu tergolong menghamburkan anggaran.
Meski, nilainya tidak sampai ratusan juta rupiah, tapi uang negara sudah
duhamburkan. Karena ulat bulu baru menyerang Surabaya saat ini.“Saya
sudah mengingat penyebaran ulat bulu ke daerah lain tidak secepat yang
dibayangkan banyak orang. Tapi, Surabaya yang baru terserang ulat bulu
justru buang anggaran lebih dulu,” katanya.
Komisi
B yang membidangi anggaran, lanjutnya, sudah selayaknya mempertanyakan
asal anggaran yang digunakan untuk penyemprotan pohon tersebut.
Menginggat, penggunaannya belum tepat sasaran. Selain itu, penggunaan
anggaran untuk masalah tersebut tidak transparan.
Sebelumnya,
merebaknya ulat bulu ini sudah diantisipasi Pemkot Surabaya. Pemkot
Surabaya sudah melakukan penyuntikan dan penyemprotan insektisida berupa
fertilium dan obat organik pada pohon-pohon di taman-taman kota. Pada 8
April lalu diadakan penyemprotan pohon sebagai langkah pencegahan.
Harapannya,
agar semua pohon di Surabaya bebas dari serangan ulat bulu itu. Dalam
kegiatan ini ada 6 titik lokasi yang jadi sasaran penyuntikan dan
penyemprotan pohon, yakni di sekitar Bundaran Waru-Jl. Ahmad Yani, Jl.
Mayjen Sungkono-Bundaran Satelit, Kendangsari-Rungkut Sier, dan kawasan
Kedung Baruk.
Penyuntikan obat dilakukan
masing-masing pohon 3 lubang dan lubangnya ditutup dengan semacam lilin.
Setelah itu pohon disemprot dengan insektisida menggunakan unit mobil
spray Dinas PMK Surabaya. Obat insektisidanya sendiri dipasok oleh Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Pemkot Surabaya. Jumlah obat yang
disemprotkan sekitar 200 liter obat dan per liternya dicampur dengan 5
liter air. (pur)