CIMAHI - Kerusakan lapisan ozon di Kutub Selatan mencapai seluas 27
juta kilometer persegi. Itu luasnya lebih besar dibandingkan Amerika
Utara yang luasnya sekitar 25 juta kilometer persegi.
''Hal ini terjadi karena banyak sekali perilaku hidup manusia yang
tanpa disadari menyebabkan kerusakan ozon,'' kata Kepala Pusat Sains dan
Teknologi Atmosfer Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN),
Novita Ambarsari, kepada wartawan di sela-sela Sosialisasi Perlindungan
Lapisan Ozon di Pusdik Armed, Kota Cimahi, Senin (4/7).
Lubang ozon di kutub Selatan ini bukan dalam arti lubang yang
sebenarnya pada lapisan ozon. Akan tetapi, kata Novita, lubang ozon
merupakan penipisan lapisan ozon dengan konsentrasi lebih rendah dari
220 DU. Nilai ini berdasarkan pengamatan ozon di Kutub Selatan yang
tidak pernah lebih tinggi dari 220 DU sejak tahun 1979.
Sedangkan, berdasarkan data total ozon hasil pengukuran satelit
Nimbus pada Juni 2009, ada kecendrungan penurunan konsentrasi ozon total
di Indonesia sebesar 0,29 DU/tahun. Bahan-bahan kimia perusak lapisan
ozon ini terutama berasal dari jenis chlorofluorocarbons (CFC)
yang digunakan dalam berbagai produk proses seperti lemari es, pendingin
udara, dan proses pembuatan busa lembut sebagai cairan pembersih.
"Bahan perusak lapisan ozon banyak digunakan dalam industri alat pemadam kebakaran dan Metil Bromida yang
dipakai untuk bahan pestisida,'' kata Novita. ''Pemakaian bahan-bahan
ini meningkat dengan cepat sejak tahun 1970-an yang menyebabkan
kandungannya di atmosfer juga meningkat."
Dia mengatakan cara mengatasi masalah ini dengan cara mengubah
perilaku manusia. Masyarakat harus disadarkan bahwa manusia harus hidup
lebih lama dengan suasana nyaman dan aman. Edukasi yang disampaikan itu
bisa dalam bentuk cerita dan bukti nyata supaya warga tergerak hatinya
untuk hidup dengan cara yang lebih baik.
"Banyak kebiasaan masyarakat yang tdak sesuai dengan pola back to nature seperti
menyalanya pesawat TV tanpa ada yang menontonnya. Padahal, energi
litrik berasal dari solar. Sedangkan, solar tidak bisa diperbarui dan
pembakarannya sendiri menyebabkan kerusakan lapisan ozon," ujarnya.