MISRATA--Kisah tentang saat-saat akhir mantan penguasa Libya,
Kolonel Muammar Qadafi, terus diperbincangkan. Versi terbaru kisah itu
datang dari pengawal Qadafi yang ikut hingga titik akhir pelarian,
MansourDao. Dalam wawancara dengan CNN, Dao membeberkan bagaimana
kehidupan Qadafi di pelarian.
Menurut dia, Qadafi menghabiskan pekan terakhir hidupnya dengan
sengsara. Qadafi mencari makan dengan mengais-ngais makanan dari rumah
yang sudah ditinggalkan warga karena perang di Kota Sirte. Qadafi juga
tiba-tiba kerajingan membaca buku. Dalam pelarian itu, Qadafi membawa
beberapa koper berisi buku.
Dao menggambarkan, perilaku Qadafi
sukar berubah-ubah. Misalnya, ketika tentara Dewan Transisi Nasional
masuk ke Kota Misrata, Qadafi malah ingin pergi ke desa tempat
kelahirannya, Jaref, sekitar 20 km dari Sirte.
Rencana ini
ditentang Dao. "Tapi Qadafi terlihat panik dan gugup. Ini mungkin karena
dia ketakutan," kata Dao. "Dia ingin sekali pergi ke desanya. Mungkin
dia ingin berakhir di sana, atau menghabiskan saat terakhirnya di sana,"
sambung Dao.
Bahkan Qadafi juga mengatakan ia masih bisa berkuasa
lagi di Libya. Menurut Dao, ini karena sindrom kekuasaan Qadafi yang
sudah selama 42 tahun.
Dao mengawal Qadafi dan Mutassim. Bersama
mereka ada 24 orang loyalis Qadafi. Qadafi menyerahkan rencana pelarian
dan perang pada Mutassim, anaknya. Qadafi mengatakan ia tak punya
rencana apapun. Ketika rakyat Libya berperang melawan loyalis Qadafi,
Dao menggambarkan, Qadafi malah asyik minum teh dan menulis di
jurnalnya.
Di hari naas tertangkapnya Qadafi, dia dan Dao sedang
mengendarai Toyota Landcruiser. Mereka hendak kabur dari Sirte. Namun
dapat dihentikan oleh serangan udara NATO. Qadafi dan Dao terluka dan
ditangkap pasukan dewan transisi nasional.
Dao mengatakan, Qadafi
tampak memandang remeh situasi pengejaran dirinya. "Sebenarnya dia bisa
dengan mudah lari ke luar negeri dan hidup tenang senang," kata Dao.
"Qadafi
memang stres sehari-hari. Dia terlihat sangat marah. Dia juga kerap
terlihat sedih. Tapi dia masih percaya kalau rakyat Libya mencintai dia,
bahkan setelah tentara oposisi menduduki Tripoli," kata Dao lagi.