WARSAWA - Jika di Indonesia para waria masih
memperjuangkan hak-haknya, dan tak jarang mereka mendapatkan kekerasan,
maka nasib berbeda dialami para waria di Polandia.
Di negeri Eropa Timur itu, para waria nampaknya sudah memiliki hak
setara dengan warga negara lain. Bahkan mereka berkesempatan berkarir di
dunia politik.
Dan negeri yang dulunya sangat konservatif itu dalam waktu dekat akan
memiliki waria pertama yang menjadi wakil rakyat. Sang waria politisi
itu adalah Anna Grodzka, 57, yang terlahir sebagai seorang laki-laki
bernama Krzysztof, sebelum menjalani operasi kelamin di Thailand.
"Saat saya bertemu masyarakat di jalanan, sebagian besar dari mereka
bereaksi positif," ujar Anna seputar reaksi masyarakat atas terpilihnya
dia sebagai anggota parlemen. "Tapi tentu saja ada yang menentang dan
bersikap agresif," kata dia seperti dikutip dari BBC.
"Yang menyedihkan adalah politisi dan media menggunakan fakta bahwa
saya pernah menjadi laki-laki sebagai sarana untuk menyerang saya," ujar
Anna.
Selain sang waria, seorang gay, Robert Biedron juga akan dilantik menjadi wakil rakyat hasil pemilu bulan Oktober lalu.
Terpilihnya Anna Grodzka merupakan imbas dari suksesnya Partai
Gerakan Palikot mendulang 10% suara dalam pemilu. Partai ini mengusung
pendirian anti pemuka agama dan mengkritik Gereja Katolik Roma yang
membiarkan para imamnya terlibat dalam politik.
Partai ini juga memperjuangkan legalisasi aborsi, pernikahan gay dan
kepemilikan ganja. Kemenangan partai ini mengejutkan para analis dan
menempatkan partai ini menjadi fraksi ketiga terbesar dalam parlemen
Polandia.
Sementara itu, para analis politik setempat mengatakan, terpilihnya
seorang waria dan gay sebagai anggota parlemen menunjukkan semakin
meredupnya pengaruh gereja di negeri kelahiran Paus Yohanes Paulus II
itu.
Sebagian warga Polandia juga melihat kemenangan partai ini menjadi pertanda Gereja Katolik Roma gagal mendekati anak-anak muda.
"Ini adalah pertanda nyata bahwa agama yang diwakili keberadaan
Gereja Katolik tak bisa diterima anak-anak muda," kata Maciej Zieba,
mantan kepala Ordo Dominika.
"Terus terang ini adalah tantangan dan masalah, terutama untuk menyampaikan pesan Tuhan," tambah dia.